Selasa, 05 Mei 2015

KETERAMPILAN DAN NILAI SEBAGAI MATERI PENDIDIKAN DALAM ISLAM



KETERAMPILAN DAN NILAI
SEBAGAI MATERI PENDIDIKAN DALAM ISLAM


 









                                                                                                                  
OLEH
1.      DESI ISMAYANI
2.      SIFA’ IYAH
3.      AHMAD SAIFULAN


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2014







KATA PENGANTAR

           Bismillahirrahmanirrahim.
           Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena berkat taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
           Alhamdulillah  kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan dalam Perspektif Islam ini dengan lancar, penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dengan mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Makalah ini di tulis dari hasil yang diperoleh dari buku yang berhubungan dengan judul makalah ini. Dan tak lupa pula kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk belajar menulis Karya Ilmiah ini. Kami sangat menyadari bahwa makalah kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Dan mudah-mudahan upaya ini senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Allah Swt. Amin Yaa Rabbal Alamin













DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii 
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C.     Tujuan ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASA
A.    Pengertian Keterampilan ...................................................................................... 2
B.     Macam-macam keterampilan yang Dituntut dalam Islam..................................... 3
C.     Pengertian Nilai dan urgensinya.......................................................................... 11
D.    Nilai –nilai yang Dituntut dalam Islam.......................................................... ..... 14 
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................................... 18
DAFTAR RUJUKAN














BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

             Pendidikan sebagai salah satu bidang yang paling penting untuk dapat mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan hal tersebut, tanggung jawab sebagai pendidik semakin tinggi pula dan juga di sertai tantangan dari lingkungan sendiri, yaitu adanya kesenjangan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan kualitas dari produk (barang dan jasa). Terkait dengan pendidikan sebagai salah satu usaha terencana untuk mendewasakan manusia atau menyiapkan sumber daya manusia yang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Dan juga mempersiapkan kualitas dan mutu serta menempatkan sekolah sebagai wadah dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi pembangunan. Pengetahuan dan keterampilan menjadi modal dasar dalam pembangunan, maka beban pendidikan akan semakin berat dalam rangka melakukan proses pembinaan potensi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntunan islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan keterampilan dan nilai?
2.      Keterampilan dan nilai apa yang dituntut dalam islam?

C.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
2.      Dan untuk menambah pengetahuan kita semua tentang keterampilan dan nilai serta urgensinya.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian keterampilan dan urgensinya
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran atau nalar, sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas
Keterampilan menurut ahli:
a.       Menurut Gordon (1994:55) pengertian keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada aktivitas psikomotor.
b.      Menurut Nadler (1986:73) penegertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.
c.       Menurut Dunnette (1976:33) pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat.
d.      Iverson (2001:133) mengatakan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
       Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
        Menurut Robbins (2000: 494-495) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1.      Basic literacy skill
Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.
2.      Technical skill
Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.
3.      Interpersonal skill
Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
4.      Problem solving (pemecahan masalah)[1]
Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, berargumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
            Jadi, keterampilan ialah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Pengertian keterampilan konteks pembelajaran mata pelajaran keterampilan disekolah adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat melalui belajar kerajinan dan teknologi rekayasa dn teknologi pengolahan. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia dimasyarakat. Secara substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja psycomotoric-skill.
                                                              
            Dengan demikian seorang  guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran  mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik. Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Keterampilan mengajar guru adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran.
B. Macam-macam keterampilan yang dituntut islam
            1.Keterampilan Bertanya
  Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab bertanya yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu: [2]
·         Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
·         Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan,
·         Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya,
·         Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik,
·         Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baikisi pertanyaannya maupun teknik bertanya.[3]
      a.Dasar-Dasar Pertanyaan yang Baik
-          Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa.
-          Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
-          Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
-          Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.
-          Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.
-          Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
-          Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri  jawaban yang benar.
        b. Jenis-Jenis Pertanyaan yang Baik
            Jenis pertanyaan menurut maksudnya
-          Pertanyaan permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh : Dapatkah kamu tenang agar suara bapak (ibu) dapat didengar oleh kalian?
-          Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid. Contoh : Mengapa observasi diperlukan sebelum melaksanakan PPL? Sebab  obsevasi merupakan....dst.
-          Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaa yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam prosses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.
-          Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
         c. Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom
-          Pertanyaan pengetahuan (recoll question atau knowledge question), atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh : Sebutkan ciri-ciri micro-teaching!
-          Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh : Jelaskan manfaat micro-teaching!
-          Pertanyaan penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untukmenerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh : Berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yang dapat anda berikan?
-          Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komuniksi. Contoh : Apa yang terjadi bila musim kemarau tiba? Apa yang anda lakukan bila seorang siswa anda tidak mau memperhatikan pelajaran?
-          Pertanyaan evaluasi (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isyu yang ditampilkan.

Contoh : Bagaimana pendapat anda tentang program transmigrasi? Apa komentar anda tentang keluarga berencana?
          d. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
-          Kehangatan dan Keantusiasan
             Keantusiasan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
-          Kebiasaan yang perlu dihindari
         Jangan mengulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawabnya. Hal inidapat menyebabkan menurunya perhatian dan partisipasi siswa.
a.      Jangan mengulang-ulang jawaban siswa. Hal ini akan membuang-buang waktu, siswa          tidak memperhatikan jawaban temannya karena menunggu komentar dari guru.[4]
b.      Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya. Hal ini membuat siswa frustasi dan mungkin ia tidak mengikuti pelajaran dengan baik.[5]
c.       Usahakan agar siswa tidak menjawab secara serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan siapa yang salah serta menutup kemungkinan berinteraksi selanjutnya.
d.      Menentukan siapa siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan akan menyebabkan siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan hendaknya ditujukan terlebih dahulu kepada seluruh sisiwa, baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya.
e.      Pertanyaan ganda:Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban atau kegiaatan yang harus dilkukan oleh siswa.

           2.Keterampilan Memberi Penguatan
        Penguatan (reinforcement)adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima 9siswa) ata perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.

Atau, penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.Tindakan tersebut dimaksukan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berprtisipsi dalam interaksi belajar-mengajar.
a.       Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang beupa sikap positif terhadap proses belajar siswa, yaitu:
1.      Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran
2.      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3.      Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah lak u siswa yang produktif
b.      Jenis –Jenis Penguatan
1.      Penguatan Verbal
Biasanya diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya: bagus, bagus sekali, betul, pintar, ya, seratus buat kamu.[6]

2.      Penguatan nonVerbal
a.       Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wjah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau tajam memandang.
b.      Penguatan pendekatan:guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penapilan siswa. Misalnya, guru berdiri disamping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa, atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal.
c.       Penguatan dengan sentuhan (contact): Guru dapat menyatakan persytujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
d.      Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan: Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenagi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya seorang siswa yang menunjukan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara di sekolahnya.
e.       Penguatan berupa simbol atau benda: Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagi simbol berupa benda seperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sebagai suatu imbalan.
f.       Jika siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partial). Sehingga siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapatdoronhan untuk menyempurnakannya.
           3.Keterampilan Mengadakan Variasi
          Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Pemberian variasi dalam proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu dengan yang lain disinilah pentingnya seorang Guru menguasai berbagai metode dala mengajar sebab dengan menggunakan berbagai metode dalam mengajar akan membangkitkan gairah belajar siswa.[7]
 Misalnya saja seorang Guru diawal mata pelajaran menggunakan metode ceramah kemudian diselingi dengan metode tanya jawab mau tak mau siswa akan mempunyai keseriusan dalam memperhatikan pelajaran.
a.       Tujuan dan manfaat
1.      Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
2.      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal baru.
3.      Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4.      Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.
b.      Prinsip penggunaan
1.      Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.      Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
           4.Keterampilan menjelaskan
           Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.
        Tujuan Memberikan Penjelasan
a.       Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b.      Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-asalah atau pertanyaan.
c.       Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.[8]
d.      Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
           5.Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
          Keterampilan membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan menibulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
     Bentuk usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah sebagi berikut:
1.      Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi pokok persoalan yang baru saja diperbincangkan atau dipelajari.
2.      Mengonsolidasi perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya.
3.      Mengorganisai semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan suatu kebulatan yang berarti dalam memahami  materi yang baru dipelajari.
4.      Memberikan tindak lanjut (folow up) berupa saran-saran serta ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali dirumah.

6.Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
             Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam suatu interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
              7. Keterampilan Mengelola Kelas
             Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.[9]
 Yang termasuk kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik anatara guru dan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

              8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Ini tidak berarti bahwa guru hanya menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap muka, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
         Hakikat pengajaran ini adalah:
a.       Terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa.
b.      Siswa belajar sesuai dengan kecepatan dn kemampuan masing-masing,
c.       Siswa mendapat bantuan dari sesuai dengan kebutuhannya, dan
d.      Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.
C. Pengertian Nilai dan urgensinya
Nilai bersal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang di pandang baik,bermanfaat dan paling benar menurut keyakianan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermatabat.
            Nilai adalah segala sesuatu yang ada dalam semesta, langsung atau tak langsung, disadari ataupun tidak disadari manusia, mengandung nilai-nilai tertentu. Matahari dan bintang-bintang, panas dan air, udara dan cahaya, tumbuh-tumbuhan dan hewan semua mampunyai nilai bagi kehidupan manusia. Demikian pula yang abstrak seperti cinta sesama, kejujuran, kebajikan, pengabdian, keadilan dan sebagainya adalah perwujudan nilai-nilai di dalam dunia budaya manusia.
     Menurut Steeman (Eka Darmaputera,1987: 65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. [10]

Nilai adalah sesuatu yang dijujung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.
        Di dalam buku MKDU Dasar-Dasar PAI, nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT, yang pada gilirannya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.10(1)
    Nilai merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. Kalven (Hall, et.al., 1982)menulis sebagai berikut:
“ Values are both more general and more central to my personality than are my attitudes. A value is an enduring preference for a mode of conduct (e.g., honesty) or a state of existence (e.g, inner peace). A person’s values cluster together to form a value system, that is an organization of values in terms of their relative importance.”
Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan, dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya suatu kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya. Linda dan Richard Eyre (1997) mengatakan:
“ Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Tentu saja, nilai-nilai yang baik yang bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik.”
     Nilai sebagai sesuatu yang abstrak menurut Raths, et.al. (1996) mempunyai sejumlah indikator yang dapat kita cermati, yaitu:
1.      Nilai memberi tujuan atau arah (goals or purpose) kemana kehidupan harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
2.      Nilai memberi aspirasi (aspiration) atau inspirasi kepada seseorang untuk hal yang berguna, yang baik, yang positif bagi kehidupan.
3.      Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku.[11](2)
4.      Nilai itu menarik (interests), memikat hati seseorang untuk dipikirkan, untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk dihayati.
5.      Nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika sedang mengalami berbagai perasaan, tertekan, bergembira, bersemangat dan lain-lain.
6.      Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and conciction) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait dengan nilai-nilai tertentu.
7.      Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities) perbuatan atau tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak berhenti pada pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
8.      Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup (worries, problems, obstacles).

Sehubungan dengan peranan nilai dalam kehidupan manusia, ahli pendidikan nilai dari Amerika Serikat, Raths, Harmin dan Simon (Cheppy, 1988), mengatakan:
 Values are general guides to behavior which tend to give direction to life.” Jadi, nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan hidup sesorang. Sejalan dengan Raths dan teman-temannya, Kalven (Hall, 1982) menulis:
            “ Values play a key role in guiding action, resolving conflicts, giving direction and coherence to life. Values are motivators, not only in daily actions, but over the long haul....Values  are important as guides in a bewildering world, but even if we lived in amore stable and that tranquil moment of history, values would still have prime importance because of their profound relation both to vitality and to the processes of human maturing.”
            Dalam pandangan Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. Nilai itu bila ditanggapi positif akan membantu manusia hidup lebih baik. Sedangkan bila dorongan itu tidak di tanggapi positif, maka orang akan merasa kurang bernilai dan bahkan kurang bahagia sebagai manusia.
            Selanjutnya, seorang ahli pendidikan nilai dari Australia, Hill (1991) mengatakan: “ When people speak of ‘values’, they are usually referring to those beliefs held by individuals to which they attach special priority or worth, and by which they tend to order their lives.” Lebih lanjut Hill berpendapat bahwa nilai sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai tiga tahapan, yaitu:
1.      Values thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau values cognitive;[12]

2.      Values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi kayakinan atau niat pada diri orang untuk melakukan sesuatu, pada tahap ini dapat dirinci lagi menjadi a). ‘dispotition’; dan b). ‘commitment’.
3.      Tahap terakhir adalah values action, yaitu tahap dimana nilai yang telah menjadi keyakinan dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan nyata atau perbuatan konkret.

D.Nilai-nilai Yang Dituntut Islam
Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokkan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
1.      Nilai materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unur jasmani manusia.
2.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3.      Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia.
Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.       Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,budi, cipta) manusia;
b.      Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia;
c.       Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia
d.        Nilai religius yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan. 12(1)
             Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang menyebabkan terdapat bermacam-macam nilai, antara lain:
     1). Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan, nilai dapat dikelompokkan menjadi dua yakni:
    a. Nilai yang statis, seperti kognisi,emosi, dan psikomotor.
    b. Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi berkuasa.
    2). Di lihat dari proses budaya antara lain yakni:
   a. Nilai ilmu pengetahuan
   b. Nilai ekonomi
   c. Nilai keindahan[13] (2)
   d. Nilai politik
    e. Nilai keagamaan
    f. Nilai kekeluargaan dan
    g. Nilai kejasmanian
   3). Nilai berdasarkan  dari sumbernya terdapat (a) nilai illahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan (b) nilai insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh manusia pula.
   4). Dilihat dari ruang lingkup keberlakuannya yaitu:
   a). Nilai-nilai universal
    b). Nilai-nilai lokal.
Tentu tidak semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada nilai-nilai insaniyah yang bersifat universal.Dari segi keberlakuan masanya dapat dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3) nilai temporal
5).  Nilai-nilai di dalam masyarakat pasti mengalami evaluasi dan penilaian. Dalam analisa teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai pendidikan, yaitu nilai instrumental dan nilai intrinsik.
a.      Nilai instrumental ialah nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu yang lain. Nilai terletak pada konsekuensi-konsekuensi pelaksanaannya dalam usaha mencapai nilai yang lain.
b.                Nilai intrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dan dari dirinya sendiri.13(1)
6). Dilihat dari segi bidang apa nilai itu efektif berfungsi dibagi menjadi empat yaitu:
a.       Nilai hukum
b.      Nilai moral
c.       Nilai ekonomi
d.      Nilai estetika
7). Menurut Edward Spranger nilai berdasarkan interest pribadi manusia. Ada enam tipe manusia karena kepribadian orang itu menganggap salah satu nilai tersebut paling utama (dominan) bagi hidupnya. Nilai-nilai tersebut ialah:[14](2)
a.       Nilai religi
b.      Nilai ilmiah
c.       Nilai ekonomi
d.      Nilai politik (kekuasaan, negara)
e.       Nilai estetika
f.       Nilai sosial (nilai kemanusiaan)
8). Ditinjau dari segi hakekatnya: (a) nilai hakiki yang bersifat universal dan abadi; (b) nilai instrumental yang bersifat lokal, pasang surut dan temporal
9). Sehubungan dengan hierarki nilai, Max Scheller (Hadiwardoyo, 1985),membagi nilai menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
a.      Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini, terdapat deretan nilai-nilai mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. Misalnya: kenikmatan, kesukaan, kesakitan, dan lain-lain.
b.      Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai yang paling penting bagi kehidupan. Misalnya: kesehatan,  ketertiban, kedisiplinan, kesejahteraan umum, dan lain-lain.
c.       Nilai-nilai kejiawaan: dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungannya. Misalnya: kejujuran, kebenaran, keadilan, kehidupan, dan lain-lain.
d.      Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi, terutama Allah sebagai pribadi tertinggi seperti kesucian, ketakwaan, dan lain-lain.
Max Scheller dengan hierarki  nilainya ingin menyampaikan pesan pada kita bahwa manusia perlu terus-menerus berusaha mencapai nilai-nilai yang lebih tinggi tingkatannya. Untuk itu dia memberi lima pedoman untuk menentukan tinggi rendahnya nilai, yaitu:
v  Semakin tahan lama, semakin tinggi hierarki nilai tersebut;
v  Semakin dapat dibagikan tanpa mengurangi maknanya, semakin tinggi hierarki nilai tersebut;
v  Semakin tak tergantung pada nilai-nilai  lain, semakin tinggi hierarki nilai tersebut;
v  Semakin membahagiakan, semakin tinggi hierarki nilai tersebut; dan
v  Semakin tak tergantung pada kenyataan tertentu, semakin tinggi hierarki nilai itu (Hadiwardoyo, 1985)[15]

10). Nilai pokok dari pengajaran agama islam, yaitu:
             a. Nilai Material
             Yang dimaksud dengan nilai material ialah jumlah pengetahuan agama islam yang diajarkan. Semakin lama siswa belajar semakin bertambah ilmu pengetahuan agamanya. Pertambahan bahan itu berlangsung melalui kelas demi kelas dalam suatu lembagapendidikan atau tingkat demi tingkat lembaga pendidikan, bagi mereka yang melanjutkan pendidikan.
              b.Nilai Formal
                 Nilai formal adalah nilai pembentukan, yang bersangkut dengan daya serap siswa atas segala bahan yang telah diterimanya. Hal itu berarti sejauh manakah daya serap siswa, sehingga ia mampu dengan tenaganya sendiri membentuk kepribadian yang utuh, kokoh dan tahan uji.
             c.Nilai Fungsional
             Yang dimaksud dengan nilai fungsional, ialah relevansi bahan dengan kehidupan sehari-hari. Jika bahan itu mengandung kegunaan, dapat dipakai atau berfungsi dalam kehidupan anak sehari-hari, maka itu berarti mempunyai nilai fungsional.
             d.Nilai Esensial
                 Yang dimaksud dengan nilai esensial, ialah nilai hakiki. Agama mengajarkan bahwa kehidupan yang hakiki atau hidup yang sebenar-benar hidup itu berlangsung di alam baqa. Jadi kehidupan itu tidak berhenti hingga didunia saja, melainkan kehidupan itu berlangsung terus dalam akhirat. [16]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian keterampilan
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
    Menurut robbins (2000: 494-495) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
a.       Basic literacy skill (keahlian dasar)
b.      Technical skill (keahlian teknik)
c.       Interpersonal skill (keahlian interpersonal)
d.      Problem solving (pemecahan masalah)
2.      Keterampilan yang dituntut dalam islam
a.       Keterampilan bertanya
b.      Keterampilan memberi penguatan
c.       Keterampilan memberi variasi
d.      Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
e.       Keterampilan mengelola kelas
f.       Keterampilan membimbing diskusi kelompok
g.      Keterampilan menjelaskan
3.      Pengertian nilai dan urgensinya
       Nilai bersal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang di pandang baik,bermanfaat dan paling benar menurut keyakianan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermatabat.
4.       Nilai adalahNilai-nilai Yang Dituntut Islam
Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokkan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
4.      Nilai materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unur jasmani manusia.
5.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
6.      Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia.
Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
e.       Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,budi, cipta) manusia;
18
f.       Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia;
g.      Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia
Nilai religius yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan segala sesuatu yang ada dalam semesta, langsung atau tak langsung, disadari ataupun tidak disadari manusia, mengandung nilai-nilai tertentu. Matahari dan bintang-bintang, panas dan air, udara dan cahaya, tumbuh-tumbuhan dan hewan semua mampunyai nilai bagi kehidupan manusia. Demikian pula yang abstrak seperti cinta sesama, kejujuran, kebajikan, pengabdian, keadilan dan sebagainya adalah perwujudan nilai-nilai di dalam dunia budaya manusia.













                                 
  

DAFTAR RUJUKAN
-          Adisusilo, Sutrjo J.R. 2012. PEMBELAJARAN NILAI- KARAKTER. Jakarta: PT  Raja Grafindo Persada.
-          Abu Ahmadi Drs.1991. MKDU Dasar-dasar pendidikan agama islam. Jakarta: bumi aksara
-          Noor syam, Mohammad. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat. Surabaya: Usaha Nasional.
-          Muhaimin prof. Dr .H.M.A.2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta : PT  Raja Grafindo Persada.
-          Uzer Usman,Moh Drs.1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
-          Subana . M.Pd. Strategi Belajar Bahasa Indonesia.Bandung: Pustaka Setia.
-          Zakiah Darajat,dkk. Pengajaran Agama Islam.Jakarta:Bumi Aksara.



[1] Drs. M. Subana, M.Pd., Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, hlm.36

[2] Drs. Moh.User Usman,Menjadi Guru Profesional,hlm.74

[3] Ibid, hlm.74

[4] Ibid, hlm.76

[5] Ibid, hlm. 80

[6] Ibid,hlm.84

[7] Ibid, hlm.88

[8] Ibid, hlm.91-97

[9] Ibid. Hlm. 102

[10] Sutarjo Adisusilo,J.R., Pembelajaran Nilai- Karakter, hlm. 56

[11] (1) Drs. H. Abu Ahmadi, MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, hlm.202
10(2) Sutarjo Adisusilo,ibid,hlm. 58

[12] Sutarjo Adisusilo, ibid, hlm. 59-60

[13] (1) Ibid, hlm. 64
12(2) Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A., Nuansa Baru Pendidikan Islam, hlm. 148

13(1) Mohammad noor syam, filsafat pendidikan dan dasar filsafat. Hlm137
[14](2 )  Ibid. Hlm. 148-150

[15] Sutarjo adisusilo, ibid, hlm 65-66

[16] Dzakiah darajat. Pengajaran Agama Islam. Hlm. 192-195

1 komentar: