KETERAMPILAN
DAN NILAI
SEBAGAI
MATERI PENDIDIKAN DALAM ISLAM
OLEH
1.
DESI
ISMAYANI
2.
SIFA’
IYAH
3.
AHMAD
SAIFULAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
MATARAM
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan
syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena berkat taufik dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan
kita Nabi besar Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir
zaman, dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan
dalam Perspektif Islam ini dengan lancar, penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas dengan mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Makalah ini di tulis
dari hasil yang diperoleh dari buku yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Dan tak lupa pula kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk belajar menulis Karya Ilmiah ini. Kami sangat
menyadari bahwa makalah kami masih terdapat kekurangan, maka kami harapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya. Dan mudah-mudahan upaya ini
senantiasa mendapat bimbingan dan ridha Allah Swt. Amin Yaa Rabbal Alamin
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................. 1
C.
Tujuan
................................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASA
A.
Pengertian
Keterampilan ...................................................................................... 2
B.
Macam-macam
keterampilan yang Dituntut dalam Islam..................................... 3
C.
Pengertian
Nilai dan urgensinya.......................................................................... 11
D.
Nilai
–nilai yang Dituntut dalam Islam.......................................................... ..... 14
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................................... 18
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan sebagai salah satu
bidang yang paling penting untuk dapat mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)
untuk menghadapi era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seiring dengan hal tersebut, tanggung jawab sebagai pendidik semakin tinggi
pula dan juga di sertai tantangan dari lingkungan sendiri, yaitu adanya
kesenjangan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan, serta
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kualitas dari produk (barang dan jasa).
Terkait dengan pendidikan sebagai salah satu usaha terencana untuk mendewasakan
manusia atau menyiapkan sumber daya manusia yang bertujuan untuk mewujudkan
pendidikan yang lebih baik. Dan juga mempersiapkan kualitas dan mutu serta
menempatkan sekolah sebagai wadah dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi
pembangunan. Pengetahuan dan keterampilan menjadi modal dasar dalam
pembangunan, maka beban pendidikan akan semakin berat dalam rangka melakukan
proses pembinaan potensi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang sesuai dengan tuntunan islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan keterampilan dan nilai?
2.
Keterampilan
dan nilai apa yang dituntut dalam islam?
C.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
2.
Dan
untuk menambah pengetahuan kita semua tentang keterampilan dan nilai serta
urgensinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keterampilan dan urgensinya
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran atau
nalar, sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil
tertentu termasuk kreativitas
Keterampilan menurut ahli:
a.
Menurut
Gordon (1994:55) pengertian keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan
pekerjaan secara mudah dan cermat. Pengertian ini biasanya cenderung pada
aktivitas psikomotor.
b.
Menurut
Nadler (1986:73) penegertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang
memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas.
c.
Menurut
Dunnette (1976:33) pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan
untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil
training dan pengalaman yang didapat.
d.
Iverson
(2001:133) mengatakan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan
kemampuan, keterampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk
melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk
mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan
kemampuan dasar (basic ability).
Menurut Robbins (2000: 494-495) pada
dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1.
Basic
literacy skill
Keahlian dasar
merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan
orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.
2.
Technical
skill
Keahlian
teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki,
seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.
3.
Interpersonal
skill
Keahlian
interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi
dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik,
menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
4.
Problem
solving (pemecahan masalah)[1]
Menyelesaikan masalah
adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, berargumentasi dan
penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan
alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.
Jadi, keterampilan ialah memiliki
keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Pengertian keterampilan konteks
pembelajaran mata pelajaran keterampilan disekolah adalah usaha untuk
memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan
belajar. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat
melalui belajar kerajinan dan teknologi rekayasa dn teknologi pengolahan.
Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia dimasyarakat.
Secara substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan
teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah
dan menciptakan dengan dasar kinerja psycomotoric-skill.
Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara
lain, guru harus menguasai bahan pengajaran
mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.
Keterampilan mengajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru sebab guru
memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Keterampilan mengajar guru
adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran.
B. Macam-macam keterampilan yang dituntut islam
1.Keterampilan
Bertanya
Dalam proses
belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab bertanya yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan
dampak positif terhadap siswa, yaitu: [2]
·
Meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
·
Membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi
atau dibicarakan,
·
Mengembangkan
pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya
adalah bertanya,
·
Menuntun
proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat
menentukan jawaban yang baik,
·
Memusatkan
perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru
maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baikisi pertanyaannya
maupun teknik bertanya.[3]
a.Dasar-Dasar Pertanyaan yang
Baik
-
Jelas
dan mudah dimengerti oleh siswa.
-
Berikan
informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
-
Difokuskan
pada suatu masalah atau tugas tertentu.
-
Berikan
waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.
-
Bagikanlah
semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.
-
Berikan
respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk
menjawab atau bertanya.
-
Tuntunlah
jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
b.
Jenis-Jenis Pertanyaan yang Baik
Jenis pertanyaan menurut maksudnya
-
Pertanyaan
permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang mengharapkan
agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh :
Dapatkah kamu tenang agar suara bapak (ibu) dapat didengar oleh kalian?
-
Pertanyaan
retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian
informasi kepada murid. Contoh : Mengapa observasi diperlukan sebelum
melaksanakan PPL? Sebab obsevasi
merupakan....dst.
-
Pertanyaan
mengarahkan atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaa yang
diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam prosses berpikirnya. Hal ini
dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama
bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain,
apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan
pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa
sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama
tadi.
-
Pertanyaan
menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan
mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.
Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
c. Pertanyaan Menurut
Taksonomi Bloom
-
Pertanyaan
pengetahuan (recoll question atau knowledge question), atau ingatan
dengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh :
Sebutkan ciri-ciri micro-teaching!
-
Pertanyaan
pemahaman (comprehension question), yaitu pertanyaan yang menghendaki
jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan
kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh : Jelaskan manfaat
micro-teaching!
-
Pertanyaan
penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki
jawaban untukmenerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya. Contoh :
Berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yang dapat anda berikan?
-
Pertanyaan
sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk
membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komuniksi. Contoh : Apa
yang terjadi bila musim kemarau tiba? Apa yang anda lakukan bila seorang siswa
anda tidak mau memperhatikan pelajaran?
-
Pertanyaan
evaluasi (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki
jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isyu
yang ditampilkan.
Contoh :
Bagaimana pendapat anda tentang program transmigrasi? Apa komentar anda tentang
keluarga berencana?
d. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
-
Kehangatan
dan Keantusiasan
Keantusiasan meningkatkan partisipasi siswa
dalam proses belajar-mengajar, guru perlu menunjukkan sikap baik pada waktu
mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru
termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan
ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
-
Kebiasaan
yang perlu dihindari
Jangan
mengulang pertanyaan bila siswa tidak mampu menjawabnya. Hal inidapat menyebabkan
menurunya perhatian dan partisipasi siswa.
a.
Jangan
mengulang-ulang jawaban siswa. Hal ini akan membuang-buang waktu, siswa tidak memperhatikan jawaban temannya
karena menunggu komentar dari guru.[4]
b.
Jangan
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan
untuk menjawabnya. Hal ini membuat siswa frustasi dan mungkin ia tidak
mengikuti pelajaran dengan baik.[5]
c.
Usahakan
agar siswa tidak menjawab secara serempak karena guru tidak dapat mengetahui
dengan pasti siapa yang menjawab benar dan siapa yang salah serta menutup
kemungkinan berinteraksi selanjutnya.
d.
Menentukan
siapa siswa yang harus menjawab sebelum mengajukan pertanyaan akan menyebabkan
siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan.
Oleh karena itu, pertanyaan hendaknya ditujukan terlebih dahulu kepada seluruh
sisiwa, baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya.
e.
Pertanyaan
ganda:Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda, menghendaki
beberapa jawaban atau kegiaatan yang harus dilkukan oleh siswa.
2.Keterampilan
Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement)adalah
segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima 9siswa) ata
perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
Atau, penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.Tindakan tersebut dimaksukan untuk mengganjar atau membesarkan hati
siswa agar mereka lebih giat berprtisipsi dalam interaksi belajar-mengajar.
a.
Tujuan
Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang beupa sikap positif
terhadap proses belajar siswa, yaitu:
1.
Meningkatkan
perhatian siswa terhadap pelajaran
2.
Merangsang
dan meningkatkan motivasi belajar
3.
Meningkatkan
kegiatan belajar dan membina tingkah lak u siswa yang produktif
b. Jenis –Jenis Penguatan
1.
Penguatan
Verbal
Biasanya
diungkapkan atau diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan, dan sebagainya, misalnya: bagus, bagus sekali, betul, pintar, ya,
seratus buat kamu.[6]
2.
Penguatan
nonVerbal
a.
Penguatan
gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening,
acungan jempol, wajah mendung, wjah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat
atau tajam memandang.
b.
Penguatan
pendekatan:guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya
terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penapilan siswa. Misalnya, guru berdiri
disamping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa,
atau berjalan di sisi siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal.
c.
Penguatan
dengan sentuhan (contact): Guru dapat menyatakan persytujuan dan penghargaan
terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak
siswa, berjabat tangan, mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.
Penggunaannya harus dipertimbangkan dengan seksama agar sesuai dengan usia,
jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
d.
Penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan: Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan
atau tugas-tugas yang disenagi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya seorang
siswa yang menunjukan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin
paduan suara di sekolahnya.
e.
Penguatan
berupa simbol atau benda: Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan
berbagi simbol berupa benda seperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana,
ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering
digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sebagai suatu
imbalan.
f.
Jika
siswa memberikan jawaban yang hanya sebagian saja benar, guru hendaknya tidak
langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya
menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partial). Sehingga siswa
tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia
mendapatdoronhan untuk menyempurnakannya.
3.Keterampilan
Mengadakan Variasi
Variasi
adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-mengajar yang
ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi
belajar-mengajar murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi. Pemberian variasi dalam proses belajar mengajar dapat
diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu dengan yang lain
disinilah pentingnya seorang Guru menguasai berbagai metode dala mengajar sebab
dengan menggunakan berbagai metode dalam mengajar akan membangkitkan gairah
belajar siswa.[7]
Misalnya saja
seorang Guru diawal mata pelajaran menggunakan metode ceramah kemudian
diselingi dengan metode tanya jawab mau tak mau siswa akan mempunyai keseriusan
dalam memperhatikan pelajaran.
a.
Tujuan
dan manfaat
1.
Untuk
menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relevan.
2.
Untuk
memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki
pada siswa tentang hal-hal baru.
3.
Untuk
memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4.
Guna
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
disenanginya.
b.
Prinsip
penggunaan
1.
Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai.
2.
Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.
Direncanakan
secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.
4.Keterampilan
menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya sebab dan akibat, definisi
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi
yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu
aspek yang amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di
dalam kelas.
Tujuan
Memberikan Penjelasan
a.
Membimbing
murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip
secara objektif dan bernalar.
b. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan
masalah-asalah atau pertanyaan.
c. Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat
pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.[8]
d. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses
penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5.Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan
membuka pelajaran adalah perbuatan guru untuk menciptakan siap mental dan
menibulkan minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan
dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menutup pelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui
tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Bentuk usaha
guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah sebagi berikut:
1.
Merangkum
atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari
sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi pokok
persoalan yang baru saja diperbincangkan atau dipelajari.
2.
Mengonsolidasi
perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pelajaran yang bersangkutan
agar informasi yang telah diterimanya dapat membangkitkan minat dan
kemampuannya terhadap pelajaran selanjutnya.
3.
Mengorganisai
semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga memerlukan suatu
kebulatan yang berarti dalam memahami
materi yang baru dipelajari.
4.
Memberikan
tindak lanjut (folow up) berupa saran-saran serta ajakan agar materi
yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali dirumah.
6.Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam suatu interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi
edukatif dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.[9]
Yang termasuk
kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika
guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan
interpersonal yang baik anatara guru dan siswa dan siswa dengan siswa merupakan
syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
8. Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini bila jumlah siswa yang
dihadapi oleh guru terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok
kecil, dan seorang untuk perseorangan. Ini tidak berarti bahwa guru hanya
menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat bertatap
muka, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
Hakikat
pengajaran ini adalah:
a.
Terjadinya
hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa.
b.
Siswa
belajar sesuai dengan kecepatan dn kemampuan masing-masing,
c.
Siswa
mendapat bantuan dari sesuai dengan kebutuhannya, dan
d.
Siswa
dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar.
C. Pengertian Nilai dan urgensinya
Nilai bersal dari bahasa latin vale’re yang
artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai
sesuatu yang di pandang baik,bermanfaat dan paling benar menurut keyakianan
seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat
membuat orang yang menghayatinya menjadi bermatabat.
Nilai
adalah segala sesuatu yang ada dalam semesta, langsung atau tak langsung,
disadari ataupun tidak disadari manusia, mengandung nilai-nilai tertentu.
Matahari dan bintang-bintang, panas dan air, udara dan cahaya, tumbuh-tumbuhan
dan hewan semua mampunyai nilai bagi kehidupan manusia. Demikian pula yang
abstrak seperti cinta sesama, kejujuran, kebajikan, pengabdian, keadilan dan
sebagainya adalah perwujudan nilai-nilai di dalam dunia budaya manusia.
Menurut
Steeman (Eka Darmaputera,1987: 65) nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada
hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. [10]
Nilai adalah sesuatu yang dijujung tinggi, yang dapat
mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar
keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada
hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.
Di dalam
buku MKDU Dasar-Dasar PAI, nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau
perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang
khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun yang diyakini, yang
diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen
(perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan oleh Allah SWT,
yang pada gilirannya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum,
identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.10(1)
Nilai merupakan preferensi yang
tercermin dari perilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. Kalven (Hall,
et.al., 1982)menulis sebagai berikut:
“ Values are both more general and more central to my
personality than are my attitudes. A value is an enduring preference for a mode
of conduct (e.g., honesty) or a state of existence (e.g, inner peace). A
person’s values cluster together to form a value system, that is an
organization of values in terms of their relative importance.”
Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan,
dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung
tinggi serta dikejar oleh seseorang sehingga ia merasakan adanya suatu
kepuasan, dan ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya. Linda dan Richard Eyre
(1997) mengatakan:
“ Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap
yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita
memperlakukan orang lain. Tentu saja, nilai-nilai yang baik yang bisa
menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain
secara lebih baik.”
Nilai sebagai sesuatu yang
abstrak menurut Raths, et.al. (1996) mempunyai sejumlah indikator yang dapat
kita cermati, yaitu:
1. Nilai memberi tujuan atau arah (goals or purpose)
kemana kehidupan harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan.
2. Nilai memberi aspirasi (aspiration) atau inspirasi
kepada seseorang untuk hal yang berguna, yang baik, yang positif bagi
kehidupan.
3. Nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes),
atau bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi acuan
atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku.[11](2)
4. Nilai itu menarik (interests), memikat hati
seseorang untuk dipikirkan, untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk
diperjuangkan dan untuk dihayati.
5. Nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani
seseorang ketika sedang mengalami berbagai perasaan, tertekan, bergembira,
bersemangat dan lain-lain.
6. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs
and conciction) seseorang, suatu kepercayaan atau keyakinan terkait dengan
nilai-nilai tertentu.
7. Suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities)
perbuatan atau tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai
tidak berhenti pada pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
8. Nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau
pikiran seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami
dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup (worries, problems,
obstacles).
Sehubungan dengan peranan nilai dalam kehidupan manusia,
ahli pendidikan nilai dari Amerika Serikat, Raths, Harmin dan Simon (Cheppy,
1988), mengatakan:
“ Values are
general guides to behavior which tend to give direction to life.” Jadi,
nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka
mencapai tujuan hidup sesorang. Sejalan dengan Raths dan teman-temannya, Kalven
(Hall, 1982) menulis:
“
Values play a key role in guiding action, resolving conflicts, giving direction
and coherence to life. Values are motivators, not only in daily actions, but
over the long haul....Values are
important as guides in a bewildering world, but even if we lived in amore
stable and that tranquil moment of history, values would still have prime
importance because of their profound relation both to vitality and to the
processes of human maturing.”
Dalam
pandangan Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam
hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman
penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. Nilai itu bila
ditanggapi positif akan membantu manusia hidup lebih baik. Sedangkan bila
dorongan itu tidak di tanggapi positif, maka orang akan merasa kurang bernilai
dan bahkan kurang bahagia sebagai manusia.
Selanjutnya,
seorang ahli pendidikan nilai dari Australia, Hill (1991) mengatakan: “ When
people speak of ‘values’, they are usually referring to those beliefs held by
individuals to which they attach special priority or worth, and by which they
tend to order their lives.” Lebih lanjut Hill berpendapat bahwa nilai
sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai tiga tahapan, yaitu:
1.
Values
thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau values cognitive;[12]
2.
Values
affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi kayakinan atau niat pada diri orang
untuk melakukan sesuatu, pada tahap ini dapat dirinci lagi menjadi a).
‘dispotition’; dan b). ‘commitment’.
3.
Tahap
terakhir adalah values action, yaitu tahap dimana nilai yang telah menjadi
keyakinan dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan
nyata atau perbuatan konkret.
D.Nilai-nilai Yang Dituntut Islam
Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokkan
nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Nilai
materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unur jasmani manusia.
2.
Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3.
Nilai
kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia.
Nilai
kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.
Nilai
kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,budi, cipta) manusia;
b.
Nilai
keindahan, yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia;
c.
Nilai
kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia
d.
Nilai
religius yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan. 12(1)
Nilai
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang menyebabkan terdapat
bermacam-macam nilai, antara lain:
1). Dilihat
dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan, nilai dapat dikelompokkan
menjadi dua yakni:
a. Nilai yang
statis, seperti kognisi,emosi, dan psikomotor.
b. Nilai yang
bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi, motivasi
berkuasa.
2). Di lihat
dari proses budaya antara lain yakni:
a. Nilai ilmu
pengetahuan
b. Nilai ekonomi
c. Nilai
keindahan[13]
(2)
d. Nilai politik
e. Nilai keagamaan
f. Nilai kekeluargaan dan
g. Nilai kejasmanian
3). Nilai berdasarkan dari sumbernya terdapat (a) nilai illahiyah
adalah nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah), sedangkan (b) nilai
insaniyah adalah nilai yang diciptakan oleh manusia atas dasar kriteria yang
diciptakan oleh manusia pula.
4). Dilihat dari ruang lingkup
keberlakuannya yaitu:
a). Nilai-nilai universal
b). Nilai-nilai lokal.
Tentu tidak semua nilai-nilai agama itu universal, demikian pula ada
nilai-nilai insaniyah yang bersifat universal.Dari segi keberlakuan masanya
dapat dibagi menjadi (1) nilai-nilai abadi, (2) nilai pasang surut dan (3)
nilai temporal
5). Nilai-nilai di dalam masyarakat
pasti mengalami evaluasi dan penilaian. Dalam analisa teori nilai dibedakan
menjadi dua jenis nilai pendidikan, yaitu nilai instrumental dan nilai
intrinsik.
a.
Nilai
instrumental ialah nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk sesuatu yang
lain. Nilai terletak pada konsekuensi-konsekuensi pelaksanaannya dalam usaha
mencapai nilai yang lain.
b.
Nilai
intrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain,
melainkan di dalam dan dari dirinya sendiri.13(1)
6). Dilihat dari segi bidang apa nilai itu efektif berfungsi dibagi menjadi
empat yaitu:
a.
Nilai
hukum
b.
Nilai
moral
c.
Nilai
ekonomi
d.
Nilai
estetika
7). Menurut Edward Spranger nilai berdasarkan interest pribadi manusia. Ada
enam tipe manusia karena kepribadian orang itu menganggap salah satu nilai
tersebut paling utama (dominan) bagi hidupnya. Nilai-nilai tersebut ialah:[14](2)
a.
Nilai
religi
b.
Nilai
ilmiah
c.
Nilai
ekonomi
d.
Nilai
politik (kekuasaan, negara)
e.
Nilai
estetika
f.
Nilai
sosial (nilai kemanusiaan)
8). Ditinjau dari segi hakekatnya: (a) nilai hakiki yang bersifat universal
dan abadi; (b) nilai instrumental yang bersifat lokal, pasang surut dan
temporal
9). Sehubungan dengan hierarki nilai, Max Scheller (Hadiwardoyo,
1985),membagi nilai menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
a.
Nilai-nilai
kenikmatan: dalam tingkatan ini, terdapat deretan nilai-nilai mengenakkan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. Misalnya: kenikmatan,
kesukaan, kesakitan, dan lain-lain.
b.
Nilai-nilai
kehidupan: dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai yang paling penting bagi
kehidupan. Misalnya: kesehatan, ketertiban,
kedisiplinan, kesejahteraan umum, dan lain-lain.
c.
Nilai-nilai
kejiawaan: dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali
tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun lingkungannya. Misalnya:
kejujuran, kebenaran, keadilan, kehidupan, dan lain-lain.
d.
Nilai-nilai
kerohanian: dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai dari yang suci dan
tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi,
terutama Allah sebagai pribadi tertinggi seperti kesucian, ketakwaan, dan
lain-lain.
Max Scheller
dengan hierarki nilainya ingin
menyampaikan pesan pada kita bahwa manusia perlu terus-menerus berusaha mencapai
nilai-nilai yang lebih tinggi tingkatannya. Untuk itu dia memberi lima pedoman
untuk menentukan tinggi rendahnya nilai, yaitu:
v Semakin tahan lama, semakin tinggi hierarki nilai
tersebut;
v
Semakin
dapat dibagikan tanpa mengurangi maknanya, semakin tinggi hierarki nilai tersebut;
v
Semakin
tak tergantung pada nilai-nilai lain,
semakin tinggi hierarki nilai tersebut;
v
Semakin
membahagiakan, semakin tinggi hierarki nilai tersebut; dan
v
Semakin
tak tergantung pada kenyataan tertentu, semakin tinggi hierarki nilai itu (Hadiwardoyo,
1985)[15]
10). Nilai pokok dari pengajaran agama islam, yaitu:
a.
Nilai Material
Yang
dimaksud dengan nilai material ialah jumlah pengetahuan agama islam yang
diajarkan. Semakin lama siswa belajar semakin bertambah ilmu pengetahuan
agamanya. Pertambahan bahan itu berlangsung melalui kelas demi kelas dalam
suatu lembagapendidikan atau tingkat demi tingkat lembaga pendidikan, bagi
mereka yang melanjutkan pendidikan.
b.Nilai Formal
Nilai formal adalah nilai pembentukan, yang bersangkut dengan daya serap
siswa atas segala bahan yang telah diterimanya. Hal itu berarti sejauh manakah
daya serap siswa, sehingga ia mampu dengan tenaganya sendiri membentuk
kepribadian yang utuh, kokoh dan tahan uji.
c.Nilai Fungsional
Yang
dimaksud dengan nilai fungsional, ialah relevansi bahan dengan kehidupan
sehari-hari. Jika bahan itu mengandung kegunaan, dapat dipakai atau berfungsi
dalam kehidupan anak sehari-hari, maka itu berarti mempunyai nilai fungsional.
d.Nilai Esensial
Yang dimaksud dengan nilai esensial, ialah nilai hakiki. Agama
mengajarkan bahwa kehidupan yang hakiki atau hidup yang sebenar-benar hidup itu
berlangsung di alam baqa. Jadi kehidupan itu tidak berhenti hingga didunia
saja, melainkan kehidupan itu berlangsung terus dalam akhirat. [16]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian keterampilan
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan (skill) berarti
kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang
membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).
Menurut robbins (2000: 494-495) pada
dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:
a. Basic literacy skill (keahlian dasar)
b. Technical skill (keahlian teknik)
c. Interpersonal skill (keahlian interpersonal)
d. Problem solving (pemecahan masalah)
2. Keterampilan yang dituntut dalam islam
a. Keterampilan bertanya
b. Keterampilan memberi penguatan
c. Keterampilan memberi variasi
d. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
e. Keterampilan mengelola kelas
f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok
g. Keterampilan menjelaskan
3. Pengertian nilai dan urgensinya
Nilai bersal dari bahasa latin vale’re
yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan
sebagai sesuatu yang di pandang baik,bermanfaat dan paling benar menurut
keyakianan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan
dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermatabat.
4.
Nilai adalahNilai-nilai Yang Dituntut Islam
Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokkan
nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
4.
Nilai
materiil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unur jasmani manusia.
5.
Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
6.
Nilai
kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani manusia.
Nilai kerohanian
sendiri dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
e.
Nilai
kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio,budi, cipta) manusia;
18
f.
Nilai
keindahan, yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia;
g.
Nilai
kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak manusia
Nilai religius
yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan segala sesuatu yang ada dalam
semesta, langsung atau tak langsung, disadari ataupun tidak disadari manusia,
mengandung nilai-nilai tertentu. Matahari dan bintang-bintang, panas dan air,
udara dan cahaya, tumbuh-tumbuhan dan hewan semua mampunyai nilai bagi
kehidupan manusia. Demikian pula yang abstrak seperti cinta sesama, kejujuran,
kebajikan, pengabdian, keadilan dan sebagainya adalah perwujudan nilai-nilai di
dalam dunia budaya manusia.
DAFTAR
RUJUKAN
-
Adisusilo,
Sutrjo J.R. 2012. PEMBELAJARAN NILAI- KARAKTER. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
-
Abu
Ahmadi Drs.1991. MKDU Dasar-dasar pendidikan agama islam. Jakarta: bumi
aksara
-
Noor
syam, Mohammad. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat. Surabaya:
Usaha Nasional.
-
Muhaimin
prof. Dr .H.M.A.2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
-
Uzer
Usman,Moh Drs.1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
-
Subana
. M.Pd. Strategi
Belajar Bahasa Indonesia.Bandung: Pustaka Setia.
-
Zakiah
Darajat,dkk. Pengajaran Agama Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
[1] Drs. M. Subana, M.Pd., Strategi Belajar
Mengajar Bahasa Indonesia, hlm.36
[2] Drs. Moh.User Usman,Menjadi Guru
Profesional,hlm.74
[3] Ibid, hlm.74
[4] Ibid, hlm.76
[5] Ibid, hlm. 80
[6] Ibid,hlm.84
[7] Ibid, hlm.88
[8] Ibid, hlm.91-97
[9] Ibid. Hlm. 102
[10] Sutarjo Adisusilo,J.R., Pembelajaran
Nilai- Karakter, hlm. 56
10(2) Sutarjo Adisusilo,ibid,hlm. 58
[12] Sutarjo Adisusilo, ibid, hlm. 59-60
[14](2 ) Ibid. Hlm. 148-150
[15] Sutarjo adisusilo, ibid, hlm 65-66
[16] Dzakiah darajat. Pengajaran Agama Islam.
Hlm. 192-195
BalasHapustrimakasih gan... sangat bermanfaat banget
semoga semakin sukses....