Selasa, 05 Mei 2015

TES OBYEKTIF DAN URAIAN



MAKALAH EVALUASI PENDIDIKAN
TES OBJEKTIF DAN URAIAN


OLEH KELOMPOK IV:
DESI ISMAYANI
HARTINA
MU’AMAR USMAN
SRI HIDAYATUN HASANAH
MUNIARIM
MUHAMMAD RAIS
NURASTATI
KALISOM

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita sekalian banyak nikmat, yang tak mampu kita hitung jumlahnya. Salah satunya yakni nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita jalan yang begitu terang setelah sekian lama tenggelam dalam kegelapan bersama orang-orang jahiliyah.
Alhamdulillah kami ucapkan karena dapat menyelesaikan makalah ini. Namun dalam penyelesaian makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kita butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini, sekaligus sebagai evaluasi diri kedepannya.
Semoga keberadaan makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih

Wassalamu’alaikum wr wb.




Mataram 19 april 2015


Kelompok IV




DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................
Daftar isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang......................................................................................
B.     Rumusan masalah.................................................................................
C.     Tujuan...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1.      Tes........................................................................................................
A.    Pengertian Tes................................................................................
B.     Macam-macam Tes.........................................................................
C.     Jenis Tes..........................................................................................
D.    Bentuk Tes......................................................................................
2.      Non Tes................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...........................................................................................

Daftar Rujukan





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Tes pada umumnya mengukur hasil karya siswa. Tetapi ada juga tes lain, yaitu tes atau pengukuran sikap. Tes ini berharga dan seharusnya sering digunakan apabila kita ingin mengetahui kedua-duanya, baik caranya mencapai hasil maupun hasil itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar, yang dievaluasi sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi juga sistem pendidikannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdiri atas rangkaian tes yang dimulai dari pre-test untuk mengetahui mutu/isi pelajaran yang sudah dan yang belum diketahui oleh siswa. Rencana pelajaran yang akan diajarkan. Entry behavior mengukur kemampuan siswa dan mengelompokkan berdasarkan kemampuan siswa ke dalam kelompok yang kemampuan kurang (slow learnes), sedang, dan yang pandai (fast learnes). Pada saat pelajaran dalam pelaksanaan (dalam proses), diperlukan evaluasi formatif untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung sudah betul atau belum. Misalnya apakah sistem pendidikan dan metodenya sudah cocok, apakah siswanya mampu atau tidak, dan apakah media yang dipergunakan tidak salah pilih. Jadi, data yang diperoleh dari evaluasi formatif dipergunakan untuk pengembangan, need assesment, dan diagnostic decision. Pada akhir pelajaran, evaluasi sumatif diadakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa bertambah.
Membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah sebab tes atau pertanyaan merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia menerima pendidikan. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi sangat penting untuk dipertimbangkan agar diperoleh hasil yang objektif.  Untuk itu kita perlu tahu bagaimana teknik dalam membuat soal tes dan non tes. Di dalam pembahasan ini akan dibahas tentang tes dan non tes, khususnya tes objektif dan uraian.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Tes?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Non Tes?
3.      Apakah yang dimaksud dengan tes objektif?
4.      Apakah yang dimaksud dengan tes uraian?

C.     Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tes, non tes, tes objektif dan tes uraian.




BAB II
PEMBAHASAN
TES OBYEKTIF DAN URAIAN

1.      TES
A.    Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jama’) adalah pihak yang sedang dikenali tes (=peserta tes=peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L. Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
Jadi tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
B.     Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1)      Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2)      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

C.    Macam-macam Tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achivement test).
Ø  Tes kepribadian
Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian (personality test) dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut.
1)      Pengukuran sikap
2)      Pengukuran minat
3)      Pengukuran bakat
4)      Tes intelegensi
                                                   
Ditinjau dari aspek psikis yang ingin diungkap, tes dibedakan menjadi lima golongan yaitu:
1)      Tes Intelegensi (intellegency test)
Tes intelegensi yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)      Tes kemampuan (aptitude test)
Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3)      Tes sikap (attitude test)
Tes sikap yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4)      Tes kepribadian (personality test)
Tes kepribadian yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti  gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
5)      Tes hasil belajar (achievement test)
Tes hasil belajar yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

Ditinjau dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1)      Power test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan
2)      Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

Ditinjau dari bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1)      Verbal test, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tulisan; dan
2)      Nonverbal test, yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Ø  Tes hasil belajar
Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Yang termasuk tes hasil belajar yaitu:
1)      Tes hasil belajar bentuk uraian
2)      Tes hasil belajar bentuk obyektif.

D.    Jenis Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes dibagi atas 4 jenis tes berikut ini:
1)      Tes Penempatan  (Placement Test)
Jenis tes ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian, siswa dapat di-tempatkan pada kelompok yang sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki. Tentu saja, hal ini tidak berlaku untuk sistem klasikal seperti yang dilaksanakan di Indonesia. Tes ini hanya dapat diterapkan pada sekolah yang menggunakan sistem individual. Tes ini biasanya disusun dengan ruang lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang dimiliki bervariasi agar antara siswa yang telah dan yang belum menguasai pelajaran dapat dibedakan.

2)      Tes Formatif  (Formative Test)
Tes formatif disajikan di tengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran lebih baik. Peserta didik dapat mengetahui bagian bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya. Pendidik juga dapat melihat bagian mana yang umumnya belum dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat menguasai bahan tersebut.

3)      Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik bertujuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikannya. Sepintas lalu, tes ini tampak seperti tes formatif, namun penyusunannya sangat berbeda dengan tes formatif atau jenis tes lainnya. Karena tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, pendidik harus terlebih dahulu mengetahui bagian mana dari pendidikan yang memberikan kesulitan belajar pada peserta didik. Hal itu berarti bahan tes formatif harus disajikan terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai peserta didik. Setelah diketahui bagian mana yang belum diketahui siswa, butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu dapat dibuat sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi bagian-bagian pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang belum dikuasai untuk selanjutnya dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukaran yang relatif rendah. Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umumnya mudah. Atas dasar informasi semacam ini, pendidik dapat mengupayakan perbaikannya.

4)      Tes Sumatif (Summative Test)
Jenis tes ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada tes akhir caturwulan atau semester. Oleh karena itu, tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan dan/atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran dengan hasil baik. Karena umumnya merupakan tes akhir tahun atau akhir jenjang pendidikan, ruang lingkupnya pun sangat luas meliputi seluruh bahan yang telah disajikan sepanjang tahun atau sepanjang jenjang pendidikan. Tingkat kesukaran soalnya pun bervariasi.

E.     Bentuk Tes
Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
1)      Tes Tertulis (Written Test)
Tes tertulis ialah tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis. Kelebihannya adalah dapat mengukur kemampuan murid dalam jumlah yang besar, dalam tempat yang terpisah, dan dalam waktu yang sama. Di samping terdapat kelebihan, juga terdapat kelemahan atau kekurangan antara lain jika tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas, hal itu dapat mengundang pengertian ganda yang berakibat kesalahan dalam pemasukan data dan dalam mengambil kesimpulan jawaban soal.
Secara umum tes tertulis ini kemudian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a)      Tes esai
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif. Tes esai juga sering disebut tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Oleh sebab itu, jawaban setiap anak, terutama dalam bentuk, teknik, dan gayanya, berbeda satu sama lain. Tes esai ini juga dapat dibedakan menjadi dua bentuk tes seperti berikut ini:
(1)   Tes uraian bentuk bebas
Dalam tes ini, butir soal hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh: Mengapa bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi?
Cara mengoreksi tes esai:
(a)    Whole method, adalah metode per nomor. Kita mengoreksi pekerjaan murid untuk setiap nomor. Misalnya, kita mengoreksi nomor satu untuk seluruh siswa, kemudian nomor dua untuk seluruh siswa, dan seterusnya.
(b)   Separated method, adalah metode per lembar. Kita mengoreksi setiap lembar jawaban murid sampai selesai.
(c)    Cross method, adalah bersilang. Caranya adalah mengoreksi jawaban murid dengan jalan menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain, jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lembar jawaban dikoreksi kembali oleh korektor yang lain.
(2)   Tes uraian terbatas
Dalam tes uraian terbatas ini peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah.
Contoh: Apakah perbedaan filsafat dengan ilmu?

Kelebihan tes esai:
(a)    Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri;
(b)   Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal;
(c)    Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif;
(d)   Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya;
(e)    Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
(f)    Tes ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
Kelemahan tes esai:
(a)    Sukar di nilai secara tepat;
(b)   Bahan yang diukur terlalu sedikit sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum;
(c)    Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
(d)   Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.

b)      Tes Obyektif
Tes obyektif ialah tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah. Tes obyektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau per-nyataan yang belum sempurna. Tes obyektif sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Ada dua macam tes obyektif, yaitu free respons item dan fixed response item.
1.      Free-response items
Penyusunan tes obyektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh tes obyektif, yakni munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang benar sesuai dengan pertanyaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penyusunan tes obyektif jenis ini.
(a)    Short answer objektive items
Tes bentuk ini tepat digunakan untuk mengukur kemampuan hafalan atau ingatan, khususnya kemampuan bidang matematika dan kemampuan penguasaan kosa kata dalam bahasa asing, maupun fakta-fakta spesifik, nama-nama tokoh, serta tempat tertentu dalam sejarah.
Contoh: siapa nama presiden RI yang bertugas pada tahun 2003?
(b)   Completion test
Completion test merupakan salah satu bentuk tes jawaban bebas. Yaitu butir-butir soalnya berupa satu kalimat dengan bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dikosongkan sebagai pertanyaan yang mesti dijawab dalam penyelenggaraan tes. Dengan kata lain peserta didik diminta untuk mengisi bagian-bagian yang di tiadakan tersebut.
Contoh: Candi  Borobudur terdapat di Kota..... dan Candi Prambanan terdapat di kota.......

2.      Fixed-respons items
Fixed-response items merupakan bentuk tes obyektif karena butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik disertai  dengan alternatif  jawaban sehingga peserta didik dapat memilih salah satu alternatif yang disediakan.
Selain itu, yang termasuk bentuk tes obyektif tipe fixed-respons item ini adalah: (a) true- false  atau benar-salah, (b) multiple choice/ pilihan ganda. (c) matching atau menjodohkan, dan (d). Rearrangment exercise (latihan penyusunan)

(a)    Benar-salah(true-false)
Bentuk tes benar-salah merupakan pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah. Pernyataan tersebut hanya memiliki satu kemungkinan , yaitu bisa benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya terhadap pernyataan tersebut dengan memilih salah satu di antara benar  atau salah.
Contoh:
a)      B-S Alat untuk mengukur suhu badan adalah termometer
b)      B-S presiden RI ke -3 adalah Soekarno
Disamping bentuk tes benar-salah, tes  ini bisa dimodifikasi dalam bermacam bentuk ,seperti ; ya- tidak, setuju-tidak setuju dan lain-lain.
(b)   Pilihan ganda (multiple choice)
Soal tes pilihan ganda terdiri dari atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk per-tanyaan dan dapat pula dalam bentuk pertanyaan (statement) yang belum sempurna. Ada beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda ini:
(1)   Variasi negatif
Pernyataan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban dan menyediakan satu kemungkinan jawaban yang salah. Tugas peserta tes adalah untuk memilih jawaban yang salah
Contoh:
Berikut ini adalah para presiden RI, kecuali.....
a.       Soekarno
b.      Soetomo
c.       Megawati soekarno putri
d.      Abdurrahman wahid.

(2)   Variasi yang tidak lengkap
Pertanyaan atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban dan melengkapinya.

Contoh:
Sumpah pemuda  dicetuskan pada tanggal.....
a.       20 Oktober tahun.....
b.      28 Oktober tahun.....
c.       1 Oktober.....
d.      10 Oktober tahun....

(3)   Variasi berganda
Pemilihan beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya betul, tetapi ada satu jawaban yang paling betul. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban paling betul.
Contoh :
Para siswa hendaknya menghormati.....
a.       Gurunya
b.      Teman-temannya
c.       Orang tuanya
d.      Guru,teman,dan orang tuanya.
(4)   Jenis kombinasi
Seperti tiap alternatif jawaban terdiri atas beberapa alternatif yang membentuk satu pengertian atau jawaban. Bila kombinasinya diubah , hal itu akan mengubah pengertian sehingga menyebabkan jawaban menjadi salah.
Contoh:
Petunjuk :berilah tanda (X)  silang pada huruf
a.       Jika yang benar jawaban nomor ,(1),(2), dan (3)
b.      Jika yang benar jawaban nomor (1) dan (3)
c.       Jika yang benar jawaban nomor (2) dan (4)
d.      Jika yang benar nomor (4) saja.
e.       Jika yang benar jawaban nomor (1),(2),(3),(4), dan (5), atau semuanya benar.
(c)    Menjodohkan (matching)
Tes bentuk menjodohkan terdiri atas dua macam kolom paralel, setiap kolom berisi pernyataan yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban , kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan kesesuaian untuk mengukur informasi tentang fakta, pengertian, hubungan , dan simbol tertentu.






Contoh:
Pertanyaan
Pilihan
1.      ..... presiden RI pertama.
2.      Presiden dan wakil presiden dipilih oleh......
3.      Tahun 2001, presiden RI adalah Megawati Soekarno putri dan..... sebagai wakil presiden RI
a.       Hamzah Haz

b.      Soekarno

c.       Rakyat

(d)   Latihan penyusunan (Rearrangement Exercises)
Rearrangement exercises adalah bentuk tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceritakan secara tidak beraturan sehingga bentuk aslinya sulit dikenali. Peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Contoh:
1.      (a) buku (b) Ima (c) dibeli (d) oleh

2)      Tes  lisan (Oral test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan perintah yang diberikan.
Kelebihan tes lisan:
§  Tidak perlu menyusun soal secara terurai ,tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya;
§  Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan.
§  Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan. Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik;
§  Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.

Kelemahan tes lisan
§  Tes ini menyita waktu yang cukup banyak;
§  Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinya
§  Kebebasan peserta didik untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang ,sebab seringkali memotong jawaban sebelum pemikiranya dituangkan secara keseluruhan;
§  Faktor subjektivitas akan muncul jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seseorang penguji dan seorang siswa;
§  Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukarannya
§  Dalam memberi penilaian ,sering dipengaruhi oleh kepribadian peserta didik.
3)      Tes perbuatan atau tindakan (performance test)
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes dimana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan.
Contoh:
Coba praktikkan bagaimana cara berwudhu dengan baik dan benar.

Untuk melihat bagaimana cara shalat subuh dengan baik dan benar, kita harus menyuruh anak mempraktikkan atau mendemonstrasikan cara shalat subuh yang sesuai dengan peraturan atau tata cara yang sesungguhnya (sesuai dengan tuntutan).

Kelebihan tes tindakan/perbuatan
§  Sangat cocok untuk mengukur aspek psikomotorik;
§  Pendidik dapat mengetahui dengan jelas aplikasi dari teori yang telah disampaikan berupa tindakan atau perbuatan.

Kelemahan tes tindakan/perbuatan
§  Memebutuhkan waktu yang lama.
§  Apabila perintah tidak jelas, perbuatan akan muncul tidak sesuai seperti yang diharapkan

F.     NON TES
Dalam menilai hasil belajar, ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Kalau pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan tes.
Hal-hal yang termasuk non tes, seperti: observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan ranting scale.

1.      Observasi
Secara umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung), dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka kerja, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a.       Observasi berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b.      Observasi tak berstruktur. Semua aktivitas  petugas observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan petugas observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

2.      Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dengan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan.
a.       Wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur;
b.      Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas.

Tujuan wawancara ialah:
(a)    Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu;
(b)   Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah; dan
(c)    Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

3.      Skala Sikap
Skala sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa obyek-obyek tertentu.
Untuk mengukur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Ada dua bentuk pernyataan yang menggunakan skala Likert ini, yaitu bentuk pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, dan 2. Bentuk jawaban skala Likert ialah: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.



4.      Check List
Suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati disebut check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek () pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.

5.      Ranting Scale
Ranting scale tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status ekonomi, pengetahuan, dan kemampuan. Yang paling penting dalam rantig scale adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya, responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memilih jawaban angka 3.
Dalam ranting scale fenomenan-fenomena yang akan diobservasi itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, ranting scale tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih dari itu, kita juga mengukur bagaimana intensitas gejala yang ada.

6.      Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara dengan wawancara. Dalam wawancara, pewawancara berhadapan langsung dengan responden atau siswa. Sedangkan angket, dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga.
Berikut ini adalah dua bentuk angket:
a.       Angket berstruktur, yaitu dengan menyediakan kemungkinan jawaban.
b.      Angket tak bersrtuktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka yang respondennya secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ø  Tes
a.       Pengertian Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.

b.      Macam-macam tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achivement test). Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian (personality test) dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut.
1.      Pengukuran sikap
2.      Pengukuran minat
3.      Pengukuran bakat
4.      Tes intelegensi

c.       Jenis Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes dibagi atas 4 jenis tes berikut ini:
1.      Tes Penempatan  (Placement Test)
2.      Tes  Formatif (Formative Test)
3.      Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
4.      Tes Sumatif (Summative Test)

d.      Bentuk tes
1.      Tes Tertulis (Written Test)
Tes tertulis ialah tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis.
Secara umum tes tertulis dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Tes esai
Tes esai ini juga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
(1)   Tes uraian bentuk bebas
(2)   Tes uraian terbatas
b.      Tes objektif
Ada dua macam tes objektif yaitu:
(1)   Free-response items
(2)   Fixed-response items
2.      Tes Lisan (Oral Test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.

3.      Tes Perbuatan atau Tindakan
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes dimana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit.


Ø  Non Tes
Yang termasuk ke dalam non tes yaitu:
1.      Observasi
2.      Wawancara
3.      Skala Sikap
4.      Check List
5.      Ranting Scale
6.      Angket












Daftar Rujukan


Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Reflika Aditama,  2007.
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan,Jakarta, Rajawali Pers,



Tidak ada komentar:

Posting Komentar