MAKALAH
EVALUASI PENDIDIKAN
TES
OBJEKTIF DAN URAIAN
OLEH
KELOMPOK IV:
DESI ISMAYANI
HARTINA
MU’AMAR USMAN
SRI HIDAYATUN HASANAH
MUNIARIM
MUHAMMAD RAIS
NURASTATI
KALISOM
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh..
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita sekalian
banyak nikmat, yang tak mampu kita hitung jumlahnya. Salah satunya yakni nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Shalawat
serta salam selalu tercurahkan atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kita jalan yang begitu terang setelah sekian lama tenggelam
dalam kegelapan bersama orang-orang jahiliyah.
Alhamdulillah
kami ucapkan karena dapat menyelesaikan makalah ini. Namun dalam penyelesaian
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kita butuhkan untuk kesempurnaan
makalah ini, sekaligus sebagai evaluasi diri kedepannya.
Semoga
keberadaan makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih
Wassalamu’alaikum
wr wb.
Mataram 19 april
2015
Kelompok IV
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar.................................................................................................
Daftar
isi...........................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang......................................................................................
B.
Rumusan masalah.................................................................................
C.
Tujuan...................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Tes........................................................................................................
A. Pengertian
Tes................................................................................
B. Macam-macam
Tes.........................................................................
C. Jenis
Tes..........................................................................................
D. Bentuk
Tes......................................................................................
2.
Non Tes................................................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...........................................................................................
Daftar Rujukan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Tes
pada umumnya mengukur hasil karya siswa. Tetapi ada juga tes lain, yaitu tes
atau pengukuran sikap. Tes ini berharga dan seharusnya sering digunakan apabila
kita ingin mengetahui kedua-duanya, baik caranya mencapai hasil maupun hasil
itu sendiri.
Dalam
proses belajar mengajar, yang dievaluasi sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi
juga sistem pendidikannya. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar
terdiri atas rangkaian tes yang dimulai dari pre-test untuk mengetahui mutu/isi pelajaran yang sudah dan yang
belum diketahui oleh siswa. Rencana pelajaran yang akan diajarkan. Entry behavior mengukur kemampuan siswa
dan mengelompokkan berdasarkan kemampuan siswa ke dalam kelompok yang kemampuan
kurang (slow learnes), sedang, dan
yang pandai (fast learnes). Pada saat
pelajaran dalam pelaksanaan (dalam proses), diperlukan evaluasi formatif untuk
mengetahui apakah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung sudah betul
atau belum. Misalnya apakah sistem pendidikan dan metodenya sudah cocok, apakah
siswanya mampu atau tidak, dan apakah media yang dipergunakan tidak salah
pilih. Jadi, data yang diperoleh dari evaluasi formatif dipergunakan untuk
pengembangan, need assesment, dan diagnostic decision. Pada akhir pelajaran,
evaluasi sumatif diadakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap siswa bertambah.
Membuat
pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah sebab tes atau pertanyaan merupakan
alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia
menerima pendidikan. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan
tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi
sangat penting untuk dipertimbangkan agar diperoleh hasil yang objektif. Untuk itu kita perlu tahu bagaimana teknik dalam
membuat soal tes dan non tes. Di dalam pembahasan ini akan dibahas tentang tes
dan non tes, khususnya tes objektif dan uraian.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan Tes?
2. Apakah
yang dimaksud dengan Non Tes?
3. Apakah
yang dimaksud dengan tes objektif?
4. Apakah
yang dimaksud dengan tes uraian?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan tes, non tes, tes objektif dan tes uraian.
BAB
II
PEMBAHASAN
TES
OBYEKTIF DAN URAIAN
1.
TES
A.
Pengertian
Tes
Secara harfiah, kata
“tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno: testum
dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” (maksudnya dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”, atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan.
Ada beberapa istilah
yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai
pengertian yang berbeda. Test adalah
alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian; testing berarti saat dilaksanakannya
atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau
eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan (eksperimen);
sedangkan testee (mufrad) dan testees
(jama’) adalah pihak yang sedang dikenali tes (=peserta tes=peserta ujian),
atau pihak yang sedang dikenai percobaan (=tercoba).
Adapun dari segi
istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud
dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga
dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Adapun menurut Lee
J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential
of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis
untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut F.L.
Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada
individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan
mereka, satu dengan yang lain.
Jadi tes adalah alat
pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai
dengan petunjuk itu.
B.
Fungsi
Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang
dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai
alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2) Sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan,
telah dapat dicapai.
C. Macam-macam Tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya,
secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achivement test).
Ø Tes
kepribadian
Yang termasuk dalam jenis tes
kepribadian (personality test) dan
banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut.
1) Pengukuran
sikap
2) Pengukuran
minat
3) Pengukuran
bakat
4) Tes
intelegensi
Ditinjau dari aspek psikis yang ingin
diungkap, tes dibedakan menjadi lima golongan yaitu:
1) Tes
Intelegensi (intellegency test)
Tes
intelegensi yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2) Tes
kemampuan (aptitude test)
Tes kemampuan yaitu tes yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus
yang dimiliki oleh testee.
3) Tes
sikap (attitude test)
Tes sikap yaitu salah satu jenis tes
yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang
untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa
individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4) Tes
kepribadian (personality test)
Tes kepribadian yaitu tes yang
dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak
sedikitnya bersifat lahiriah, seperti
gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan
lain-lain.
5) Tes
hasil belajar (achievement test)
Tes hasil belajar yaitu tes yang biasa
digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
Ditinjau dari segi banyaknya orang yang
mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Power test,
yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi, dan
2) Speed test,
yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
Ditinjau dari bentuk responnya, tes
dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Verbal test,
yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tulisan; dan
2) Nonverbal test,
yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan
kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi
respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
Ø Tes
hasil belajar
Tes hasil belajar merupakan salah satu
jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Yang termasuk tes hasil belajar yaitu:
1) Tes
hasil belajar bentuk uraian
2) Tes
hasil belajar bentuk obyektif.
D.
Jenis
Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes
dibagi atas 4 jenis tes berikut ini:
1) Tes
Penempatan (Placement Test)
Jenis tes ini disajikan
pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat
pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan.
Dengan demikian, siswa dapat di-tempatkan pada kelompok yang sesuai dengan
tingkat pengetahuan yang dimiliki. Tentu saja, hal ini tidak berlaku untuk
sistem klasikal seperti yang dilaksanakan di Indonesia. Tes ini hanya dapat
diterapkan pada sekolah yang menggunakan sistem individual. Tes ini biasanya
disusun dengan ruang lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang dimiliki
bervariasi agar antara siswa yang telah dan yang belum menguasai pelajaran
dapat dibedakan.
2) Tes
Formatif (Formative Test)
Tes formatif disajikan
di tengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan
pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta didik dapat mengetahui
apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai
materi pelajaran lebih baik. Peserta didik dapat mengetahui bagian bahan
pelajaran mana yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan
perbaikannya. Pendidik juga dapat melihat bagian mana yang umumnya belum
dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik
dan luas agar mereka dapat menguasai bahan tersebut.
3) Tes
Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes diagnostik
bertujuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikannya.
Sepintas lalu, tes ini tampak seperti tes formatif, namun penyusunannya sangat
berbeda dengan tes formatif atau jenis tes lainnya. Karena tujuannya untuk
mendiagnosis kesulitan belajar siswa, pendidik harus terlebih dahulu mengetahui
bagian mana dari pendidikan yang memberikan kesulitan belajar pada peserta
didik. Hal itu berarti bahan tes formatif harus disajikan terlebih dahulu untuk
mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai peserta didik. Setelah
diketahui bagian mana yang belum diketahui siswa, butir-butir soal yang lebih memusat
pada bagian itu dapat dibuat sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi
bagian-bagian pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang belum dikuasai untuk
selanjutnya dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukaran yang relatif rendah.
Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu belum
dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umumnya
mudah. Atas dasar informasi semacam ini, pendidik dapat mengupayakan
perbaikannya.
4) Tes
Sumatif (Summative Test)
Jenis tes ini biasanya diberikan pada
akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan meskipun maknanya telah
diperluas untuk dipakai pada tes akhir caturwulan atau semester. Oleh karena
itu, tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan
kelulusan dan/atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran
dengan hasil baik. Karena umumnya merupakan tes akhir tahun atau akhir jenjang
pendidikan, ruang lingkupnya pun sangat luas meliputi seluruh bahan yang telah
disajikan sepanjang tahun atau sepanjang jenjang pendidikan. Tingkat kesukaran
soalnya pun bervariasi.
E.
Bentuk
Tes
Ditinjau
dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
1) Tes
Tertulis (Written Test)
Tes tertulis ialah tes
yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis. Kelebihannya
adalah dapat mengukur kemampuan murid dalam jumlah yang besar, dalam tempat
yang terpisah, dan dalam waktu yang sama. Di samping terdapat kelebihan, juga
terdapat kelemahan atau kekurangan antara lain jika tidak menggunakan bahasa
yang tegas dan lugas, hal itu dapat mengundang pengertian ganda yang berakibat
kesalahan dalam pemasukan data dan dalam mengambil kesimpulan jawaban soal.
Secara umum tes
tertulis ini kemudian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Tes
esai
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur
kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif. Tes esai juga
sering disebut tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikan jawabannya
dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Oleh sebab itu, jawaban setiap
anak, terutama dalam bentuk, teknik, dan gayanya, berbeda satu sama lain. Tes
esai ini juga dapat dibedakan menjadi dua bentuk tes seperti berikut ini:
(1) Tes
uraian bentuk bebas
Dalam tes ini, butir soal hanya
menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan arahan tertentu
dalam menjawabnya. Contoh: Mengapa bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi?
Cara mengoreksi tes esai:
(a) Whole method,
adalah metode per nomor. Kita mengoreksi pekerjaan murid untuk setiap nomor.
Misalnya, kita mengoreksi nomor satu untuk seluruh siswa, kemudian nomor dua
untuk seluruh siswa, dan seterusnya.
(b) Separated method,
adalah metode per lembar. Kita mengoreksi setiap lembar jawaban murid sampai
selesai.
(c) Cross method,
adalah bersilang. Caranya adalah mengoreksi jawaban murid dengan jalan
menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain.
Dengan kata lain, jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lembar
jawaban dikoreksi kembali oleh korektor yang lain.
(2) Tes
uraian terbatas
Dalam tes uraian terbatas ini peserta
didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawaban
dibatasi, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah.
Contoh: Apakah perbedaan filsafat dengan
ilmu?
Kelebihan tes esai:
(a) Peserta
didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri;
(b) Murid
tidak dapat menerka-nerka jawaban soal;
(c) Tes
ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar
yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif;
(d) Derajat
ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya;
(e) Jawaban
diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat
digunakan untuk melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan
cepat.
(f) Tes
ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan
dengan persoalan, dan mengorganisasikannya sehingga dapat mengungkapkan satu
hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
Kelemahan tes esai:
(a) Sukar
di nilai secara tepat;
(b) Bahan
yang diukur terlalu sedikit sehingga agak sulit untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap keseluruhan kurikulum;
(c) Sulit
mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
(d) Membutuhkan
waktu untuk memeriksa hasilnya.
b) Tes
Obyektif
Tes obyektif ialah tes tulis yang
itemnya dapat dijawab dengan memilih
jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman
data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah. Tes obyektif
ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan
melengkapi pertanyaan atau per-nyataan yang belum sempurna. Tes obyektif sangat
cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak
begitu tinggi, seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali,
kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Ada dua
macam tes obyektif, yaitu free respons item dan fixed response item.
1.
Free-response items
Penyusunan
tes obyektif, jawaban bebas secara umum sama dengan seluruh tes obyektif, yakni
munculnya keseragaman dan kepastian tentang jawaban yang benar sesuai dengan
pertanyaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penyusunan tes obyektif jenis
ini.
(a)
Short
answer objektive items
Tes
bentuk ini tepat digunakan untuk mengukur kemampuan hafalan atau ingatan,
khususnya kemampuan bidang matematika dan kemampuan penguasaan kosa kata dalam
bahasa asing, maupun fakta-fakta spesifik, nama-nama tokoh, serta tempat
tertentu dalam sejarah.
Contoh: siapa nama presiden RI yang
bertugas pada tahun 2003?
(b)
Completion
test
Completion
test merupakan salah satu bentuk tes jawaban bebas. Yaitu butir-butir soalnya
berupa satu kalimat dengan bagian-bagian tertentu yang dianggap penting
dikosongkan sebagai pertanyaan yang mesti dijawab dalam penyelenggaraan tes.
Dengan kata lain peserta didik diminta untuk mengisi bagian-bagian yang di
tiadakan tersebut.
Contoh: Candi Borobudur terdapat di Kota..... dan Candi Prambanan
terdapat di kota.......
2.
Fixed-respons
items
Fixed-response
items merupakan
bentuk tes obyektif karena butir-butir soal yang diberikan kepada peserta didik
disertai dengan alternatif jawaban sehingga peserta didik dapat memilih
salah satu alternatif yang disediakan.
Selain
itu, yang termasuk bentuk tes obyektif tipe fixed-respons item ini
adalah: (a) true- false atau
benar-salah, (b) multiple choice/ pilihan ganda. (c) matching atau
menjodohkan, dan (d). Rearrangment exercise (latihan penyusunan)
(a)
Benar-salah(true-false)
Bentuk
tes benar-salah merupakan pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban
yaitu benar atau salah. Pernyataan tersebut hanya memiliki satu kemungkinan ,
yaitu bisa benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya
terhadap pernyataan tersebut dengan memilih salah satu di antara benar atau salah.
Contoh:
a) B-S Alat untuk mengukur suhu badan
adalah termometer
b) B-S presiden RI ke -3 adalah
Soekarno
Disamping bentuk tes benar-salah,
tes ini bisa dimodifikasi dalam bermacam
bentuk ,seperti ; ya- tidak, setuju-tidak setuju dan lain-lain.
(b)
Pilihan
ganda (multiple choice)
Soal
tes pilihan ganda terdiri dari atas pembawa pokok persoalan dan pilihan
jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk per-tanyaan dan
dapat pula dalam bentuk pertanyaan (statement) yang belum sempurna. Ada
beberapa jenis tes bentuk pilihan ganda ini:
(1)
Variasi
negatif
Pernyataan
yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban dan menyediakan satu kemungkinan
jawaban yang salah. Tugas peserta tes adalah untuk memilih jawaban yang salah
Contoh:
Berikut
ini adalah para presiden RI, kecuali.....
a.
Soekarno
b. Soetomo
c.
Megawati
soekarno putri
d.
Abdurrahman
wahid.
(2)
Variasi
yang tidak lengkap
Pertanyaan
atau pernyataan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap.
Tugas peserta didik adalah memilih jawaban dan melengkapinya.
Contoh:
Sumpah
pemuda dicetuskan pada tanggal.....
a. 20 Oktober tahun.....
b. 28 Oktober tahun.....
c. 1 Oktober.....
d. 10 Oktober tahun....
(3) Variasi berganda
Pemilihan
beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya betul, tetapi ada satu jawaban yang
paling betul. Tugas peserta didik adalah memilih jawaban paling betul.
Contoh
:
Para
siswa hendaknya menghormati.....
a. Gurunya
b. Teman-temannya
c. Orang tuanya
d.
Guru,teman,dan orang tuanya.
(4) Jenis kombinasi
Seperti
tiap alternatif jawaban terdiri atas beberapa alternatif yang membentuk satu
pengertian atau jawaban. Bila kombinasinya diubah , hal itu akan mengubah
pengertian sehingga menyebabkan jawaban menjadi salah.
Contoh:
Petunjuk
:berilah tanda (X) silang pada huruf
a. Jika yang benar jawaban nomor
,(1),(2), dan (3)
b. Jika yang benar jawaban nomor (1)
dan (3)
c. Jika yang benar jawaban nomor (2)
dan (4)
d. Jika yang benar nomor (4) saja.
e. Jika yang benar jawaban nomor
(1),(2),(3),(4), dan (5), atau semuanya benar.
(c) Menjodohkan (matching)
Tes
bentuk menjodohkan terdiri atas dua macam kolom paralel, setiap kolom berisi
pernyataan yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban
, kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan kesesuaian untuk mengukur
informasi tentang fakta, pengertian, hubungan , dan simbol tertentu.
Contoh:
|
Pertanyaan
|
Pilihan
|
|
1.
.....
presiden RI pertama.
2.
Presiden
dan wakil presiden dipilih oleh......
3.
Tahun
2001, presiden RI adalah Megawati Soekarno putri dan..... sebagai wakil
presiden RI
|
a.
Hamzah
Haz
b.
Soekarno
c.
Rakyat
|
(d) Latihan penyusunan (Rearrangement
Exercises)
Rearrangement
exercises adalah
bentuk tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceritakan secara
tidak beraturan sehingga bentuk aslinya sulit dikenali. Peserta didik diminta
menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Contoh:
1. (a) buku (b) Ima (c) dibeli (d) oleh
2)
Tes
lisan (Oral test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Peserta
didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan perintah yang diberikan.
Kelebihan tes lisan:
§ Tidak perlu menyusun soal secara
terurai ,tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya;
§ Dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan.
§ Jika peserta didik belum jelas
dengan pertanyaan yang diajukan. Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat
dimengerti oleh peserta didik;
§ Dapat mengetahui secara langsung
hasil tes.
Kelemahan tes lisan
§ Tes ini menyita waktu yang cukup
banyak;
§ Keadaan emosional peserta didik
sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinya
§ Kebebasan peserta didik untuk
menjawab pertanyaan menjadi berkurang ,sebab seringkali memotong jawaban
sebelum pemikiranya dituangkan secara keseluruhan;
§ Faktor subjektivitas akan muncul
jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seseorang penguji dan seorang
siswa;
§ Pertanyaan yang diajukan kepada
peserta didik sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukarannya
§ Dalam memberi penilaian ,sering
dipengaruhi oleh kepribadian peserta didik.
3)
Tes perbuatan atau tindakan (performance
test)
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes dimana jawaban yang dituntut
dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi
merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan.
Contoh:
Coba praktikkan bagaimana cara berwudhu dengan baik dan benar.
Untuk melihat bagaimana cara shalat subuh dengan baik dan benar,
kita harus menyuruh anak mempraktikkan atau mendemonstrasikan cara shalat subuh
yang sesuai dengan peraturan atau tata cara yang sesungguhnya (sesuai dengan
tuntutan).
Kelebihan tes tindakan/perbuatan
§ Sangat cocok untuk mengukur aspek
psikomotorik;
§ Pendidik dapat mengetahui dengan
jelas aplikasi dari teori yang telah disampaikan berupa tindakan atau
perbuatan.
Kelemahan tes tindakan/perbuatan
§ Memebutuhkan waktu yang lama.
§ Apabila perintah tidak jelas,
perbuatan akan muncul tidak sesuai seperti yang diharapkan
F.
NON
TES
Dalam menilai hasil belajar, ada
yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan
tes. Kalau pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan tes.
Hal-hal
yang termasuk non tes, seperti: observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan ranting scale.
1. Observasi
Secara
umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan-bahan keterangan
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan
observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung),
bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu
(observasi tidak langsung), dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi,
yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan
diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka kerja, observasi
dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Observasi
berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi
dengan jelas dan tegas.
b. Observasi
tak berstruktur. Semua aktivitas petugas
observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan petugas
observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung
antara yang mewancarai dengan yang diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yang
dapat digunakan.
a. Wawancara
terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur;
b. Wawancara
tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas.
Tujuan
wawancara ialah:
(a) Untuk
memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu;
(b) Untuk
melengkapi suatu penyelidikan ilmiah; dan
(c) Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
3. Skala
Sikap
Skala
sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek.
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu
bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam
kehidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan
cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang
maupun berupa obyek-obyek tertentu.
Untuk
mengukur sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan skala sikap yang
dikembangkan oleh Likert. Ada dua bentuk
pernyataan yang menggunakan skala Likert ini, yaitu bentuk pernyataan positif
diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2,
3, 4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, dan 2. Bentuk jawaban skala Likert ialah: sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4.
Check
List
Suatu
daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati disebut check list
(daftar cek). Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan
dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek () pada
tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
5.
Ranting
Scale
Ranting
scale tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga
untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala
untuk mengukur status ekonomi, pengetahuan, dan kemampuan. Yang paling penting
dalam rantig scale adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang
dipilih responden. Misalnya, responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3
oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga
memilih jawaban angka 3.
Dalam
ranting scale fenomenan-fenomena yang
akan diobservasi itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.
Jadi, ranting scale tidak hanya
mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih dari
itu, kita juga mengukur bagaimana intensitas gejala yang ada.
6. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan
dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal.
Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara dengan wawancara. Dalam wawancara,
pewawancara berhadapan langsung dengan responden atau siswa. Sedangkan angket,
dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih
praktis, hemat waktu dan tenaga.
Berikut
ini adalah dua bentuk angket:
a. Angket
berstruktur, yaitu dengan menyediakan kemungkinan jawaban.
b. Angket
tak bersrtuktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka
yang respondennya secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Tes
a. Pengertian
Tes
Tes
adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan
kepada testee untuk mendapatkan
respon sesuai dengan petunjuk itu.
b. Macam-macam
tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara
umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality
test) dan tes hasil belajar (achivement
test). Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian (personality test) dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah
sebagai berikut.
1. Pengukuran
sikap
2. Pengukuran
minat
3. Pengukuran
bakat
4. Tes
intelegensi
c. Jenis
Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes
dibagi atas 4 jenis tes berikut ini:
1. Tes
Penempatan (Placement Test)
2. Tes
Formatif (Formative Test)
3.
Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
4. Tes
Sumatif (Summative Test)
d. Bentuk
tes
1. Tes
Tertulis (Written Test)
Tes tertulis ialah tes yang soal dan
jawaban diberikan oleh siswa berupa bahasa tertulis.
Secara umum tes
tertulis dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Tes
esai
Tes esai ini juga dapat dibagi menjadi
dua bentuk yaitu:
(1) Tes
uraian bentuk bebas
(2) Tes
uraian terbatas
b. Tes
objektif
Ada dua macam tes objektif yaitu:
(1)
Free-response
items
(2)
Fixed-response
items
2. Tes
Lisan (Oral Test)
Tes
lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
3. Tes
Perbuatan atau Tindakan
Tes
perbuatan atau tindakan ialah tes dimana jawaban yang dituntut dari peserta
didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit.
Ø Non Tes
Yang
termasuk ke dalam non tes yaitu:
1. Observasi
2. Wawancara
3. Skala
Sikap
4. Check
List
5. Ranting
Scale
6. Angket
Daftar
Rujukan
Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Bandung,
Reflika Aditama, 2007.
Anas Sudijono, Evaluasi
Pendidikan,Jakarta, Rajawali Pers,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar